Universitas LIA bekerjasama dengan Tohoku University berhasil menyelenggarakan konferensi internasional bertajuk International Conference on English Language and Linguistics (ICELL) dan Indonesia Japan International Interdisciplinary Studies (IJIIS) pada tanggal 28 dan 29 September 2024. Konferensi ini mengusung tema “Bridging Languages, Empowering Entrepreneurs: LangTechpreneurship Summit Exploring Technology and Interdisciplinary Innovations” dan berlangsung selama dua hari dalam format hybrid, menggabungkan sesi langsung di Auditorium Universitas LIA dan sesi online melalui Zoom.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh akademisi dan praktisi dari dalam dan luar negeri, seperti Assoc. Prof. Dr. Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd., yang menekankan pentingnya konsep LangTechpreneurship, yaitu pendekatan yang menggabungkan penguasaan bahasa dan teknologi untuk menghadapi tantangan dunia kerja. “Pendekatan LangTechpreneur yang kami kembangkan di Universitas LIA bertujuan untuk mencetak lulusan yang dapat menguasai bahasa dan teknologi. Kami yakin ini adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks,” ujar Siti Yulidhar.
Prof. Christian Kaunert dari University of South Wales, salah satu keynote speaker, memberikan pandangan mendalam mengenai keamanan internasional di era globalisasi yang semakin terhubung. Ia membahas bagaimana perkembangan teknologi dan interaksi antarnegara membawa tantangan baru dalam menjaga keamanan internasional. Dalam presentasinya, Kaunert menyoroti pentingnya kolaborasi lintas negara dan peningkatan literasi teknologi untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan global.
Konferensi ini juga menampilkan pembicara lainnya, seperti Assoc. Prof. Dr. Peter John Wanner dari Tohoku University, yang membahas konjungsi koordinatif intralingual dan interlingual dalam penulisan esai mahasiswa EFL, dan Kombes Pol. Dhani Hernando, S.I.K., M.H., yang menyoroti pentingnya kesadaran bahasa asing dalam konteks penegakan hukum. Nigel Killick, M.B.A., berbagi tips terkait pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran bahasa Inggris, sementara Henry Mappesona, S.E., M.Sc., membahas pengembangan ekosistem pembelajaran hybrid di Asia Tenggara.
Pada hari kedua, sesi paralel online menghadirkan pembicara dari berbagai negara, termasuk Prof. Dr. Sameer Al-Shami dari Universiti Teknikal Malaysia Melaka, Assoc. Prof. Dr. Sukree Langputeh dari Fatoni University (Thailand), Prof. Dr. Onder Kutlu dari Necmettin Erbakan University (Turki), Prof. Dr. Marecon C. Viray dari Mindanao State University (Filipina), serta akademisi nasional seperti Prof. Muhammad Adlin Sila dari Kemendikbudristek dan Himawan Pratama, M.A., Ph.D., dari Universitas Indonesia. Topik yang dibahas meliputi pendidikan, bahasa, teknologi, hingga kecerdasan buatan (AI).
Antusiasme peserta dalam mengikuti sesi diskusi sangat tinggi, dengan banyaknya pertanyaan dan pengalaman yang dibagikan. Para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang akademik dan profesional mendapatkan wawasan baru tentang peran bahasa dan teknologi dalam dunia kerja dan pendidikan.
Konferensi ini mendapat dukungan sponsor dari iForte dan diharapkan mampu mendorong inovasi di bidang pendidikan bahasa dan teknologi. Dengan kontribusi para akademisi dari berbagai negara, acara ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas, terutama dalam menghadapi era digital yang semakin berkembang.